Sekelumit tentang "darah seni" Soekarno

21 Juni 1970. Soekarno,salah seorang pendiri bangsa(founding fathers) meninggalkan bangsa yang begitu dicintainya seumur hidupnya. Dalam hal ini mengenang 39 tahun lalu seorang proklamator bangsa tentu amat menarik untuk dituliskan apalagi dalam diri seorang manusia dinamis dan kompleks seperti Soekarno. Tulisannya tentu tak mendalam dan komprehensif melainkan hanya cuplikan dan kilasan memori yang teringat dari buku-buku yang banyak sekali menulis tentang Soekarno. Seperti diketahui pada umumnya, selain pribadi politik yang mengental dalam dirinya, Soekarno juga seorang yang memiliki darah seni yang begitu kuat. Seni disini bukan dalam artian yang sempit akan tetapi seni dalam artian yang luas sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Menurut saya, darah seni Soekarno muncul dari dua budaya daerah yang kukuh memegang tradisinya masing-masing yaitu budaya Jawa dan budaya Bali. Budaya itu menyatu dalam darah orang tuanya untuk kemudian turut memberikan "darah seni"(luas) dalam diri Soekarno hingga akhir hayatnya.

Bali adalah negeri pulau dewata (The Island of God) yang terkenal dengan ragam kesenian tradisional yang begitu tinggi. Candi-candi peninggalan agama Hindu berdiri dimana-mana. Sedangkan Jawa adalah negeri yang juga banyak dipengaruhi oleh agama Hindu namun sudah terpengaruh oleh agama Islam yang disebarkan oleh para wali. Dari budaya Bali Soekarno menyukai keindahan yang begitu luas; seperti tari-tarian, lukisan, dan lain-lain, bahkan hingga kecantikan tubuh seorang wanita. Sedangkan dari budaya Jawa lakon dalam perwayangan banyak mempengaruhi jalan pikirannya. Menurut pendapat pribadi saya, hal itulah yang sedikit banyak yang mempengaruhi Soekarno mulai dari sejak masa kecilnya sampai pada akhir hayatnya yang terus membekas dalam dirinya.

Pengalaman kehidupannya ketika mondok di rumah HOS Tjokroaminoto, seorang tokoh pergerakan Sarekat Islam terkenal pada masanya semakin mengentalkan rasa"njawani' pribadi Soekarno. HOS Tjokroaminoto amat menyukai budaya Jawa seperti seni gamelan, seni tarian, seni wayang, dan lainnya bahkan Tjokroaminoto mampu menarikan tarian Jawa pada saat senggang dalam kehidupannya.

Ketika dalam masa pembuangan di Bengkulu, Soekarno banyak memberikan pengarahan untuk seni drama, bahkan skenario lakon yang dibuatnya untuk acara-acara khusus cukup menarik perhatian khalayak. Rata-rata lakonnya merujuk pada kecintaannya yang kuat pada bangsanya. Ia ingin bangsanya bangkit dari " keterjajahan",tidak melulu diam dengan bangsa asing yang menjajah bangsanya.

Ketika Kemerdekaan telah diperoleh Soekarno "membuka diri"nya untuk meneruskan hobi melukisnya yang digemarinya sejak kecil. Ia bergaul dengan pelukis-pelukis termasyhur seperti Affandi, Sudjojono, dll. Ia juga menggemari lukisan-lukisan maestro seni lukis seperti Raden Salleh juga Dullah. Soekarno banyak menggambarkan sisi keindahan wanita dalam lukisan-lukisannya. Ia memang pencinta wanita sejati. Sampai akhir hayatnya Soekarno adalah pecinta keindahan visual yang menggetarkan bagi para seniman dan tentu saja di mata para wanita cantik. Sahabatnya,Presiden AS John F Kennedy, tahu betul tabiat Soekarno tentang hal itu karena itu mereka langsung klop. Begitulah sekelumit "darah seni" seorang Soekarno. Sebagai penutup saya ingin mengutip penulis kenamaan Amerika Louis Fischer, begini katanya: He is the great lover... he love his country, he love his religion, he love arts, he loves beautiful woman..and....he loves himself.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.