kembali kepadaNya

Malioboro, Yogyakarta, 4 November 14.10 WIB. Hujan masih begitu deras saat ini. Pada sepetak ruang yang sepi, aktivitas masih ada. Sepi tapi ia juga memiliki denyut kehidupannya sendiri. Pemuda-pemuda yang sederhana itu masih sibuk dengan aktivitas menulis dan mendesain buku-buku yang akan diterbitkan nantinya. Kesunyian yang mereka lalui itu ditingkahi dengan gemuruh guntur dan kilatan petir yang memekakkan indera pendengaran. Bravo, anak muda! Berjuanglah selalu, bro....

Di tengah suasana was-was saat Merapi masih dalam pergumulannya yang panjang, semua tersentak kaget, sekaligus cemas yang bercampur kalut. Sedih merana karena tak lagi ada orang sepertinya, begitu barangkali yang dikatakan setiap orang dalam hatinya. Kabar Mbah Maridjan telah berpulang kepada Sang Khalik menyita perhatian publik yang luas. Orang lantas bertanya-tanya dalam hatinya: bagaimana kehidupan sepeninggal sang juru kunci Merapi yang terbujur kaku dan gosong dalam posisi bersujud akibat disembur muntahan panas Merapi. Indonesia berduka.

Merapi adalah gunung yang terkesan angker karena selalu disebut sebagai gunung paling aktif di dunia hingga saat ini. Dan memang demikianlah adanya. Ada yang unik sekaligus menarik saat muntahan panas Merapi itu dengan gagahnya memertontonkan aksinya. Ia melalap segalanya, tanpa ada pengecualian sedikit pun. Hewan ternak dan tetumbuhan dilindap bersih tak bersisa. Harta benda terpaksa angus dan musnah tak bersisa. Pada saat yang demikian itulah semua mata memandang takjub dan terheran-heran saat melihat sebuah Masjid yang masih kokoh berdiri. Masjid itu berdekatan dengan tempat tinggal sang juru kunci yang dimangsa panas yang teramat sangat! Semua mata tertuju kepada Masjid itu. Lalu, timbul pertanyaan kembali dalam rasa hatinya: mengapa ia tidak musnah dan hancur ditelan muntahan panas itu???


Tak perlu dijawab, karena semua mengiyakan dengan serentak bahwa itulah ujian dan kebesaran Sang Pencipta. Dan Masjid itu? Ya, Masjid hanyalah rumah Tuhan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah kesehariannya. Masjid boleh dikatakan sebagai simbul bahwa tak ada yang lebih besar dan lebih hebat daripada kebesaran dan keesaan Tuhan semata. Serentak semua orang berame-rame merefleksikan keberadaan dirinya di tengah -tengah suasana suram yang melilitinya. Mbah Maridjan yang telah kembali kepadaNya, Masjid yang kokoh sebagai tempat suci yang selalu mengingat keberadaan dan keagungan Tuhan, dan para korban yang bergelimpangan dimana-mana menjadi keinsyafan baru bagi mereka yang masih hidup.

Orang-orang yang masih bisa menikmati kehidupan -kehidupan selanjutnya itu, masih diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa. Hidup tidak pernah datar-datar saja. Roda kehidupan selalu berputar. Dan dari sini mereka belajar; bukan sosok dan figur yang berkuasa dan menguasai kehidupan manusia dalam dunia ini, bukan benda-benda keramat, atau apa saja yang biasa dipercayai sebagai hal-hal mistik dalam kehidupan untuk dijunjung tinggi dan disuci-sucikan dalam kehidupan. Segalanya hanya oleh karena Sang Khalik. Ialah yang berkuasa di jagat raya ini. Lain tidak!!!

Dan pungkasan dari semua tulisan unek-unek ini hanyalah agar semua kembali kepadaNya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.