Pemikiran Hijau


Diunduh dari : https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-politik-hijau-green-political-theory/5618

Hijau. Perlambang alam. Warna ini lekat dengan alam dan lingkungan sehari-hari. Tengoklah apa yang ada di sekitar kita. Hijau, hijau, hijau, dan berbuahlah hijaumu. Bumi manusia yang sesak padat saat ini tak lagi banyak dipengaruhi hijau. Kesuburan yang biasanya kita lihat pada masa lalu tinggallah menyisakan hijau yang tua. Tak lagi subur, segar, muda sebagaimana abad 20 dan abad 19 yang masih kental dengan kehijauannya.

Peringatan alam dengan adanya pemanasan global dan berbagai bencana yang melanda di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa bumi sudah semakin tua. Masyarakat dunia seakan abai dengan peringatan alam yang ada. Masyarakat dunia justru semakin berlomba-lomba justru untuk merusak dan memperparah keadaan alam sekitarnya. Diterpa oleh kondisi macam ini, ada beberapa gelintir manusia yang masih memedulikan alam dan lingkungan hijau yang didambakan. Termasuklah di dalamnya mantan wakil presiden Amerika Serikat, Al Gore, yang sangat memedulikan alam agar tidak semakin terpuruk karena ulah manusia sendiri.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?


Indonesia sebagai negara beriklim tropis amat layak untuk mulai berpikir hijau. Hijau disini diartikan sebagai alam dan lingkungan sekitarnya. Dan ini berarti bahwa seluruh masyarakat Indonesia bisa menjaga keselarasan dan keserasian dengan lingkungan alam yang hijau. Para pengusaha yang biasanya tidak memedulikan hal ini - diberikan suatu prinsip dan hukum yang tegas - berbagai upaya infrastruktur yang akan diciptakan dan dibuat, tidak boleh mengabaikan apalagi sampai merusak lingkungan. Sudah banyak berbagai ulah pengusaha yang membangun pabrik-pabrik untuk kemaslahatan umat, sayangnya, mereka lupa dan lalai dengan lingkungan hijau yang didambakan kita bersama. Lapindo Brantas boleh jadi bukti betapa pengusaha mendapat ganjaran akibat ulahnya yang mengabaikan lingkungan alamnya. Akibatnya, persoalan ini berlarut-larut dan tak kunjung tuntas sampai sekarang.

Indonesia dulu dikenal sebagai negara yang indah dengan kesuburun hijau yang tiada tara. Tak salah jika ungkapan zamrud khatulistiwa laksana ratna mutu manikam pernah dilukiskan oleh Multatuli di zamannya mengingat keindahan hijau yang membentang persada nusantara. Kini, tak lagi ada hijau sebagaimana yang dilukiskan oleh Multatuli. Sebagai masyarakat Indonesia yang dulu sempat menikmati hijau yang masih asli dan segar itu, tentu kita merasa kecewa dengan hasil pembangunan yang mengabaikan lingungan dan alam yang hijau permai. Semua pihak tidak hanya pengusaha bersama-sama untuk mulai berpikir hijau. Berpikir tentang alam dan lingkungan hidup di sekitar kita.

Tak perlu muluk-muluk dan terlalu jauh untuk berpikir menjaga kelestarian lingkungan hidup dan alam sekitar. Tindakan dan perbuatan yang selaras dan serasi dengan lingkungan yang kita bangun justru harus dimulai dari hal-hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya adalah diri sendiri yang selalu menanamkan prisip bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Modal awal untuk selalu menjaga lingkungan. Kemudian beranjak ke tingkat keluarga, masyarakat, bangsa dan seterusnya. Dari sana kemudian kita mulai memasyarakatkan pemikiran hijau bagi semuanya. Dan alam raya pun berseri-seri kembali dengan kearifan dan kebijaksanaan insan manusia yang pandai menjaga keselarasan dan keserasian dengan alam sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.