Ini dia, 63 tahun Kematian Chairil Anwar

 


"Aku "adalah Chairil Anwar. Sosok Chairil Tak bisa dilepaskan dari 'keakuannya'. Lewat 'aku'nya itu, Chairil menembus jagat kesusastraan tanahair. Chairil Anwar adalah pelopor sastra angkatan 45 sebagaimana pengakuan HB Jassin. Ya, Jassinlah yang melihat dengan baik bagaimana perkembangan penyair muda yang penuh vitalitas itu. Jassin yang mendapat julukan sebagai Paus Sastra Indonesia dari Gayus Siagian adalah sosok yang amat mengagumi karya-karya Chairil Anwar. Sedang Chairil amat mengagumi banyaknya buku-buku dan ragam arsip kesusastraan yang dimiliki HB Jassin. Demikianlah persahabatan diantara keduanya pun terjalin erat dan akrab. Mereka membincangkan masalah kesusastraan mulai dari ihwal yang remeh temeh hingga yang paling pelik. Semua dibahas secara tuntas dan sangat mendetail. Dua orang yang dikemudian hari memberikan kontribusi utama dalam menekuni dunia kesusastraan di negeri ini tanpa bermaksud merendahkan sastrawan-sastrawan lainnya yang pernah hadir dan berkiprah dalam jagat kesusastraan tanahair.Begitulah.

Menyambut haul sastra hari  ini, yang jatuh sesuai hari kematian Chairil 63 Tahun silam, tak ada salahnya jika ada sebagian orang yang mencintai kesusastraan berdatangan ke makamnya di Karet Bivak. Penyair yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk seni dan sastra pada khususnya adalah sosok yang tak akan lekang dimakan zaman. Dia terus mengabadi bersama karyanya yang bertebaran dimana-mana. Dia terus berlari menerjang segala zaman yang mencoba menggilas "pemberontak" seperti dirinya. Ya, puisinya acapkali dipandang sebagai syair-syair pemberontakan pada masanya. Tapi ia tak surut dan mundur dengan anggapan macam itu. Puisi dan karya -karyanya adalah buah pikiran dan jiwa murninya yang mesti diketahui khalayak.





Chairil Anwar adalah legenda sastra indonesia yang mengabadi. Kenangan terhadapnya adalah kenangan seorang yang murni mencurahkan seluruh hidupnya pada dunia seni, sastra pada khususnya. Berbagai polah tingkahnya yang minor bagi sebagian orang itu sesungguhhya menunjukkan keinginannya yang begitu total, tidak mau setengah-setengah dalam menciptakan suatu karya. Ia harus mengalami, menyelami, bahkan bila perlu mencecap setiap pengalaman dalam kehidupannya yang penuh dinamika itu. Kehidupan para seniman yang seringkali dianggap "aneh" bagi sebagian masyarakat di negeri ini.

Dia sudah berikan yang terbaik bagi bangsanya. Kini, Chairil-Chairil baru terus bermunculan. Namun, tetap saja dia masih yang paling jenial, hidup, diantara semuanya itu. Tak salah hari sastra pun jatuh sesuai tanggal kematiannya. Adios, Chairil Anwar. Selamat Jalan si "aku", sang binatang jalang.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.