Berikut Nuansa tentang Demonstrasi 11 April 2022 di Koran Lampung Post, Hlm.6, Rabu, 13 April 2022.
Bagaimana mesti menuliskan ihwal demonstrasi yang berlangsung pada Senin(11/4) itu? Pertanyaan itu langsung menodong hati dan pikiran saya. Namun, riuh rendah media sosial begitu mendominasi informasi dan percakapan kita hari ini sebagai warga negara.
Inilah era media sosial yang kian terbuka bagi siapa saja.
Beragam pendapat tokoh dan pejabat publik serta warganet berseliweran melintasi
lini massa di media sosial. Semua terhampar apa adanya. Tidak hanya media
sosial, media mainstream pun turut mengawal aksi unjuk rasa Badan Eksekutif
Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di Gedung DPR, Jakarta, yang sempat ricuh
tersebut.
Saya mencatat di media sosial, pada lini massa Twitter, nama
Ade Armando yang dikeroyok massa saat ikut berdemonstrasi di Gedung DPR menjadi
tren terpopuler mencapai 168 ribu twit hingga Selasa(12/4) pagi ini. Disusul
twit lainnya yang senada yakni gedung DPR 48,9 ribu twit, BEM SI 41,2 ribu
twit, Kadrun 39,5 ribu twit, hingga tagar #Rakyat_Bergerak. Saya membatasinya
sampai di situ. Masih banyak tagar lainnya yang berkelindan dengan demonstrasi
mahasiswa dan kelompok massa lainnya yang menyampaikan sejumlah tuntutannya
kepada pemerintah.
Demonstrasi merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
daring Kemdikbud memiliki dua definisi. Pertama, pernyataan protes yang
dikemukakan secara massal. Atau dengan kata lain, unjuk rasa. Definisi kedua,
peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Tentu saja demonstrasi yang saya tuliskan di sini merujuk pada definisi pertama.
Sejumlah pihak menyebutkan aksi mahasiswa telah berhasil
menyuarakan suara moral masyarakatnya yang selama ini dikuasai oleh elite
politik yang tidak peka dengan kondisi kesulitan masyarakat. Orientasi elite
politik hanya pada kekuasaan jelang pemilu 2024. Sedangkan di pihak lain
menyebut aspirasi dari demonstrasi mahasiswa belum sepenuhnya tercapai karena
suara moral yang diusung justru kalah informasinya dengan pengeroyokan Ketua
Perkumpulan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) yang juga akademisi
sekaligus pegiat media sosial, Ade Armando. Hingga kini, polisi terus mendalami
kasus terduga pengeroyokan Ade Armando di Polda Metro Jaya. (Medcom.id, 12
April 2022)
Dua sisi yang berlainan fokus itu ibarat mata uang yang
tidak terpisahkan. Ada pihak yang memberikan selamat karena iklim demokratisasi
di negeri ini telah terwakili meski sempat ricuh, pihak lain mengecam kekerasan
bahkan mengutuk kekerasan yang terjadi karena aspirasi mahasiswa dalam
berdemonstrasi ternodai. Ada yang sengaja memancing di air keruh, penunggang
gelap, provokator, dan lainnya.
Dari amatan sepintas terlihat tuntutan mahasiswa ihwal
penundaan pemilu dan tiga periode tampaknya membuahkan hasil. Pihak Istana
tegas menyatakan semua akan berjalan sesuai konstitusi. Namun, pada tuntutan
yang lebih terasa bagi masyarakat sehari-hari yakni soal kestabilan harga bahan
pokok dan ketersediaannya serta mafia minyak goreng yang kasusnya mengambang
hingga kini belum mendapat perhatian luas dari DPR dan pemerintah.
Tidak ada komentar: