I am an open book(setahun di tanah rantau)

14 Juni 2007, genaplah setahun yang lalu aku pergi dari rumahku, rumah orangtuaku maksudnya, di Perumahan Karunia Indah Blok O.No.27 Bandar Lampung. Itu semua hanya untuk mencari pekerjaan bagi masa depanku dengan berbekalkan sebuah ijazah dari Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung(Unila).

Pertama kali aku dititipkan di rumah saudaraku dari Ibuku, adik ibuku satu mama, lain bapak - yaitu di Perumahan Griya Bukit Jaya Blok G4 N0.10 Gunung Putri, Bogor. Di rumah saudaraku ini aku hanya bertahan 2 bulan lamanya karena masih ”baru” di perantauan aku agak kewalahan menghadapi realitas yang kuhadapi di sini.

Kurang lebih dua bulan lamanya mencari pekerjaan di Bogor dan sekitarnya ternyata tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minatku atau sesuai dengan background jurusan Ilmu Pemerintahan. Padahal, aku sudah berusaha untuk bersikap sedemikian rupa bagaimana agar aku sebagai seorang pemula di perantauan ini, tetap semangat menjalani hidup di perantauan ini,terus berusaha mencari pekerjaan ke sana ke mari. Tetapi, tetap saja untuk sementara waktu aku perlu menunda keinginanku untuk mendapatkan pekerjaan yang sekiranya cocok denganku.


Pada saat itu seiring berjalannya waktu si kecil Cecil, si bungsu dalam keluarga itu jatuh sakit, maka saudaraku itu semakin ruwet saja mengatasi kondisi keluarga yang ramai dengan anak-anak kecil. Anaknya sendiri ada 3 berturut-turut, kelas 4 SD, kelas 1SD, dan Si kecil Cecil, tentu saja. Kebetulan, anak abang adiknya mama dua-duanya(putra kelas 2 SD, dan Putri Tk nol kecil) juga dititipkan di rumah itu.

Belum lagi aku yang selalu resah dengan pekerjaanku yang tak kunjung datang, sehingga ini menimbulkan sedikit permasalahan tersendiri dalam keluarga itu, terutama bagi sang kepala keluarga yang merasa terusik dengan posisiku, bila aku tak mengerti kondisi kehidupan keluarga yang sedang ruwet itu.

Maka, dengan berat hati ia mengatakan kepadaku agar aku balik lagi ke Lampung, karena kondisi yang semakin memberatkan bagi keluarganya. Aku justru tidak terima dengan saran yang diberikannya. Begitu mudahnya ia mengatakan untuk kembali lagi ke Lampung. Memangnya aku ini main-main apa di perantauan ini, dalam hatiku berkata.

Maka, aku pun memutuskan untuk mengikuti temanku yang sudah lebih dulu bekerja dan memiliki posisi yang lumayan di Grapari Telkomsel Sukabumi(Jawa Barat) bagian accountingnya(aku lupa nama posisi tepatnya apa).

Tanggal 21 Agustus 2007 aku tiba di Sukabumi di kost-an temanku (di Cipeulang Leutik) dan aku pun mensharingkan pengalamanku di Bogor dan tujuanku ke Sukabumi untuk mencari kerja. Namun, Sukabumi tampaknya bukan daerah yang cocok bagiku. Di sana iklim kerja adalah bekerja di pabrik-pabrik dan juga tidak ada yang sesuai dengan background ilmu pemerintahan, kata temanku.

22 Agustus 2007 usai mendengar penuturan dari temanku maka aku memutuskan untuk menyambung hidupku di Sukabumi aku bekerja sebagai penambal ban di wilayah pasar ikan Cibaraja. Temanku juga mengatakan bahwa jika ada informasi pekerjaan akan dia informasikan segera kepadaku. Aku senang mendengarnya dan kamipun tentu saja sibuk dengan rutinitas kami masing – masing. Aku dengan tambal ban yang sehari – hari kotor sedangkan ia tiap hari di ruang ber - AC tampilan rapi dan elegan layaknya eksekutif muda.

Yang menjadi spirit dan motivasi tersendiri bagi diriku di tambal ban Cibaraja adalah seorang ibu yang menyekolahkan tiga anaknya di sebuah sekolah katolik yang cukup terpandang di wilayah itu(SD &TK Mardi Waluya). Ibu itu mengingatkanku pada figur ibuku sendiri yang juga mampu menambal ban meski seorang perempuan.

Bedanya ibu itu(sehari-hari kupanggil kakak) tamatan dari sebuah Universitas Swasta di Bandung. Aku juga heran kenapa kakak itu yang berpendidikan tinggi itu mau menambal ban. Itu berarti aku tidak sendirian dalam hal ini ; sama – sama sarjana tapi memilih menjadi penambal ban.

Begitulah kehidupanku di Sukabumi sehari- hari hingga tibalah momentum tahun baru 1 Januari 2008 tepat waktunya sesuai dengan banyaknya acara di stasiun TV guna menyambut acara tahun baru. Siaran TV pun akhirnya dimatikan maka kamipun berkumpul untuk memberi maaf dan meminta maaf di rumah keluarga besar suami kakak(Abang) itu di wilayah Bekasi.

Setelah keluarga dari Abang saling mencurahkan perasaannya untuk meminta maaf maka tibalah giliranku untuk memperkenalkan diriku yang asing bagi keluarga itu dan juga untuk meminta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafanku terutama kepada kakak yang merupakan my boss dalam pekerjaan sehari – hariku.

Akhirnya aku juga mengutarakan niatku yang sudah lama kutanamkan dalam hati bahwa aku ingin ke Yogyakarta. Aku menjelaskan keinginanku bahwa Yogyakarta kupandang sebagai kota pelajar, kota pendidikan. Aku merasa dan melihat bahwa potensi diriku pada bidang pendidikan sesuai dengan iklim Jogja yang memang dikenal sebagai kota pelajar itu. Aku pun amat menyukai pekerjaan seperti menulis, membaca, juga kecenderungan diriku pada sejarah.

Maka, pada 5 Januari 2008 aku berangkat dari terminal Sukabumi menuju ke Yogyakarta naik bus jurusan Sukabumi-Yogyakarta. 6 Januari 2008 aku tiba di Yogyakarta. Hari ini 14 Juni 2008 aku sudah bekerja di sebuah penerbitan buku namanya I: Boekoe (Indonesia Buku).

Setelah aku menuliskan pengalamanku sedikit banyaknya kepada teman- teman, seperti tertulis pada judul diatas Iam an Open Book, saya adalah buku yang terbuka. Maka saya mengharapkan teman – teman kiranya sudilah untuk memberikan sepatah – dua patah kata baik berupa saran dan kritik yang membangun bagi kemajuan diriku. Tidak ada setitikpun terbersit dalam pikiranku untuk mengagungkan diri atau memuji - muji diri sendiri.

Ini hanyalah kilas singkat diriku dan pengalamanku untuk berbagi kepada teman - temanku semua di Yogyakarta. Karena itu saya memohon maaf apabila ada kata – kata atau kalimat yang kurang berkenan bagi teman- temanku sekalian. Akhirul kalam, tolonglah isikan apa pun kata – kata baik berupa saran, kritik yang membangun, tanggapan dan pendapatnya tentang diriku. Terima kasih kuucapkan untuk teman – temanku semuanya.

Yogyakarta, 14 Juni 2008
Wandi Barboy Silaban di Iboekoe Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.