enjawani...

Semalaman, setelah sekian lama jeda dengan aksara dalam sebuah buku akhirnya aktivitas sebagai pekerja aksara muncul kembali. Kebetulan yang kukoreksi kali ini mengenai motivasi bijak leluhur Jawa. Ya, bumi ini yang kental dengan dinasti Mataramannya memang menjadi pijakanku. Sudah barang tentu sikap-sikap yang khas orang Jawa(wong Jowo) sudah tertanam dan berakar kuat dalam gerak-gerik kehidupan masyarakatnya.

Dari koreksian itu, entah kenapa, aku inilah yang hanya seorang pengembara seakan menemukan tanah impian tersendiri dalam kehidupanku. Jawa memang beda dengan segala dinamika dan realita yang ada di dalamnya. Budaya Jawa ini pula yang sedikit banyaknya membikin daya cerita yang kuat bagiku kala sedang menulis dengan cara yang nyastra. Begitulah perasaan dan pikiran yang kualami di tanah pengembaraanku ini.




Ada kata-kata yang cukup menggugah bagiku dan ingin kutuliskan disini berdasar dari pengkoreksianku semalam. Salah satu kata bijak yang mengobarkan semangat yang menyala-nyala itu adalah:
Maju Tatu Mundur Ajur

yang artinya kurang lebih Maju terluka, Mundur hancur.. Barangkali, begitulah penggambaranku tentang pengembaraanku dalam Belantara Kehidupan Yang Tak Terpermanai ini. Orang-orang Jawa jaman dulu sering mencatat dan memperhatikan setiap kejadian atau tanda-tanda alam yang biasa disebut dengan Ngelmu Titen. Tentu akan terasa menarik seandainya hal ini diikuti dan diwarisi kepada generasi-generasi yang mulai mengabaikan kebudayaannya atau adat istiadatnya sendiri.Mari kita hargai kebudayaan kita masing-masing dengan terus mencintai dan mengenal unsur-unsur budaya, melestarikannya, memberi kesegaran atau kreativitas kepadanya sesuai dengan apa yang kita bawa sejak lahir dan yang melekat erat dalam diri kita.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.